Tips Wisata ala Backpacker
Yuk intip apa yang harus dipersiapkan …..
Backpacker, menurut wikipedia, adalah ”for a low cost, independent
international travel. Kalau boleh menerjemahkan bebas artinya ”sesuatu yang
berbau irit biaya, pelancong perjalanan antar negara secara mandiri.” Dengan
definisi tersebut di atas dan pengalaman saya selama ini menjadi backpacker,
saya ingin sekali menulis pemahaman backpacker yang benar (setidaknya menurut
saya).
Backpacker saat ini jadi tren untuk menunjukkan cara berwisata murah. Ada
beberapa pemahaman yang sudah bergeser dari konotasi awal untuk definisinya.
Awalnya backpacker adalah pelancong yang tidak lebih dari 2 orang, bahkan
kelompok kecil 4 orang masih bisa dikatakan wisatawan backpacker. Yang kedua
penekanannya adalah memiliki anggaran atau biaya yang sangat minim, tujuannya
hanya melancong bukan untuk berbelanja atau membeli oleh-oleh. Yang ketiga,
orang melakukan perjalanan backpacker awalnya dilakukan untuk perjalanan jauh
dan melintasi perbatasan suatu negara, atau setidaknya menyeberangi lautan.
Ketiga makna awal inilah yang saat ini mengalami pergeseran arti dan pemahaman
yang sangat berbeda, khususnya di Indonesia. Sebelum menulis lebih lanjut,
disepakati dulu ya, perjalanan backpacker ini asumsinya adalah perjalanan yang
dilakukan oleh orang dewasa dan tidak menyertakan anak-anak (usia di bawah 15
tahun). Perjalanan backpacker bukanlah perjalanan yang dilakukan oleh 4 orang
lebih (sebaiknya cukup 2 orang). Perjalanan lebih dari 4 orang sebenarnya
adalah perjalanan rombongan yang tentunya membutuhkan koordinator semacam tour
leader. Kalau sudah ada tour leader berarti ada sentralisasi pengaturan
perjalanan, tiket, atau bahkan waktu, sementara pemahaman perjalanan ala
backpacker adalah self organize.
Yuk sekarang kita siapkan beberapa hal sebelum jadi backpacker. Apa saja ya? Yakni antara lain Pertama tentukan terlebih dulu tujuan
wisata yang akan dikunjungi. Kedua
motivasi wisatanya apa? Apakah mau berwisata alam, wisata budaya, wisata
kuliner, atau wisata yang lain? Atau bisa jadi kombinasi diantaranya. Ketiga, rencana mau berapa lama? Kalau
sudah bekerja tentu harus atur dulu waktunya, juga ada baiknya ajukan cuti jauh
hari sebelumnya. Keempat, rencana
mau melakukan wisata bersama siapa? Kelima,
ada uang berapa? Keenam cari
referensi mengenai daerah tujuan agar setidaknya punya bekal informasi. Ketujuh, pastikan dokumen atau surat
yang diperlukan untuk perjalanan masih berlaku seperti SIM, STNK, dan atau (pastinya)
paspor kalau mau melakukan perjalanan keluar negeri. Kedelapan, cari tahu berapa waktu dan biaya untuk keperluan
kepengurusan visa apabila tujuan perjalanannya keluar negeri. Kesembilan, yakinkan
kondisi badan sehat dan syukur ada perlindungan asuransi. Kesepuluh, bawalah gadget dan pakaian secukupnya. Kesebelas, sediakan dana cadangan untuk
keperluan darurat.
Yang pertama tahu tujuan wisata yang akan dikunjungi, membuat kita akan
lebih fokus untuk eksplorasi pengalaman dan tahu secara jelas apa yang akan
kita lakukan selama di sana nantinya. Niat perjalanan sangat menentukan untuk mengetahui resiko, konsekuensi, dan
persiapan.
Kedua, tahu motivasi akan lebih menegaskan kemauan kita selama kita
melakukan wisata. Dengan tahu motivasi, kita juga bisa mencari referensi tempat
tersebut, contact person yang perlu dihubungi, bisa mempertimbangkan faktor
cuaca, musim, atau adat kebiasaan di tempat tersebut. Misal, saya sangat ingin
melihat indahnya bunga tulip di Belanda, namun saya mengajukan cuti di bulan
September, apakah motivasi saya akan terpenuhi? Saya ingin sekali melihat
indahnya matahari terbit di Gunung Bromo, namun saya sama sekali tidak tahu
saat ini kondisi cuaca seperti apa. Apakah motivasi saya akan terpenuhi di saat
musim hujan? Sebaiknya ketahui secara jelas motivasi kita sebelum melakukan
perjalanan ke daerah tujuan wisata.
Ketiga, dengan mengetahui jadwal berapa lama kita akan tahu berapa lama
harus menginap di penginapan. Berapa lama waktu habis di jalan, dan tahu pula
sebenarnya berapa lama efektif kita melakukan wisata. Ini sangat diperlukan
untuk durasi kunjungan maksimal 2 minggu. Tubuh manusia masih mampu melakukan
perjalanan dengan jadwal ketat maksimal 2 minggu. Sangat jarang yang mampu
melakukannya lebih dari 2 minggu apalagi ditambah adanya jetlag (suatu kondisi
dimana dibutuhkan penyesuaian waktu karena adanya perbadaan waktu antara tempat
asal dengan tempat tujuan). Apabila waktu kunjungan yang kita miliki lebih dari
2 minggu maka sebaiknya memiliki fleksibilitas dan toleransi. Misal melakukan
perjalanan keliling dunia yang ditempuh dalam waktu 7 tahun, atau perjalanan
keliling Eropa selama 1 tahun dengan biaya hanya USD 2 ribu. Buatlah rencana
perjalanan seefektif mungkin, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan jadwal
penerbangan, waktu check out, dan atau jadwal yang lain. Pilihlah waktu-waktu
di awal untuk kesibukan yang cukup padat dan menguras energi seperti tempat
atau lokasi obyek wisata yang jauh dan terpencil atau misal kegiatan arung
jeram yang melelahkan. Kenapa dilakukan di awal? Karena semangat dan tenaga
kita pada saat awal dirasakan masih tinggi. Kalaupun masih lelah karena
perjalanan yang lama dan atau disertai jetlag, beri istirahat tubuh yang cukup
terlebih dulu. Baru kegiatan santai seperti belanja, berjemur di pantai, atau
sekedar jalan melihat kota, tempatkanlah di akhir jadwal.
Keempat, jalan bersama siapa ini kita harus tahu karakter dan kebiasaan
calon teman perjalanan kita. Banyak sekali orang mengalami liburannya rusak dikarenakan ketidaksesuaian
karakter dan kebiasaan. Contoh sederhana, salah satu ada yang susah bangun
pagi, suka mengeluh, sering muntah di perjalanan, atau mungkin sering buang air
kecil. Sekedar masukan,
sebisa mungkin lakukan perjalanan hanya dengan 1 teman perjalanan, kalaupun
terpaksa jangan lebih dari 4 orang. Sebelum berangkat, buatlah kesepakatan, apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, terbuka soal biaya perjalanan, apa saja
yang menjadi tanggungan masing-masing, dan apa saja yang harus disiapkan
masing-masing. Tiap orang
harus terbuka dengan sifat dan kebiasaan yang dimiliki. Dengan melakukan
perjalanan ala backpacker seperti ini khususnya para pasangan, biasanya ikatan
emosional akan terasa lebih erat lagi. Perjalanan seperti ini melatih
keterbukaan, pengertian, kesabaran, dan akhirnya akan saling mengasihi.
Kelima, ada uang berapa? Ada 2 cara, rencana perjalanan yang menyesuaikan
kondisi keuangan, atau kondisi keuangan yang menyesuaikan rencana perjalanan.
Kebutuhan primer ala backpacker adalah tiket transportasi (pesawat, bis, atau
kereta api), dan legal dokumen (ktp, paspor, visa). Untuk makan dan tidur
adalah kebutuhan sekunder, sebisa mungkin seadanya dan secukupnya. Sekedar
saran, sebaiknya tunggu promosi paket liburan atau tiket pesawat, kalau bisa
alokasikan waktu luang jauh hari sebelumnya agar dapat tiket pesawat yang
murah. Sediakan waktu sebentar untuk intip situs-situs low cost
airlines. Penulis sering berkunjung ke www.airasia.com , www.jetair.com , dan
www.tigermandala.com. Untuk akomodasi tujuan luar negeri, coba kontaklah
Perhimpunan Pelajar Indonesia di negara tujuan, atau mungkin bisa lewat
facebook, atau search di google, saya pernah mendapatkan flat USD 400 untuk
sebulan di Los Angeles di tahun 2006, meski flat itu terdiri dari 1 kamar
tidur, 1 kamar mandi, dapur dan living room. Saya kebetulan baca di kolom iklan
klasika di Kompas untuk kategori “Luar Negeri”, di iklan tersebut kebanyakan
berisi tawaran kos di Singapura dan di Australia. Ingat, “berapapun uang
yang dimiliki tanpa disertai perencanaan yang baik maka perjalanan akan tidak
efektif.”
Keenam, cari referensi daerah
tujuan adalah sangat penting. Jangan sampai terlalu polos atau naif karena
berpikir sangat positif dan tidak waspada. Buat pelancong perempuan dan
sendirian, berhati-hatilah ketika mendarat di Bandara di Paris dan ada yang
menawarkan diri mengantar ke hotel atau penginapan gratis. Atau misal
jalan-jalan di Barcelona naik angkutan umum, ini kota
sangat terkenal dengan pencopetnya, atau di Roma harus berhati-hati apabila ada
yang menawarkan untuk memandu wisata di St Basilika, bangunan gereja di Vatican City. Masih
banyak lagi cerita “seram”, cobalah untuk search di google dengan kata kunci
“(kota tujuan) + scam city”, misal kalau mau ke Amsterdam, ketik di google
“Amsterdam scam city”, nanti lihat dan baca apa yang muncul di google. Meski “menyeramkan”, jangan sampai
menyurutkan rencana perjalanan kita, yang penting harus selalu waspada. Juga
jangan sekali-sekali menerima titipan paket dengan bungkus tertutup. Kalau mau
menerima dan membantu bawa titipan, mintalah barangnya diberikan dalam kondisi
terbuka, dan andalah yang membungkusnya. Kenapa? Khawatir kalau bungkusan
tertutup kita tidak akan tahu apa isi di dalamnya. Sangat ngeri kalau di
dalamnya narkoba atau bahan mudah meledak, bisa-bisa di bandara kita dianggap
sebagai penyelundup, dan tuntutan hukumannya pun juga sangat menyeramkan.
Ketujuh, pastikan legal dokumen masih berlaku, seperti KTP, SIM, Paspor,
syukur kalau ada International Driving Licence. Untuk dalam negeri KTP dan SIM
saja sudah cukup, kalau ke luar negeri minimal masa berlaku adalah 6 bulan
sejak keberangkatan, bukan sejak pengajuan visa (kalau tidak salah). Punya
International Driving Licence, akan sangat memudahkan kita kalau di daerah
tujuan dimungkinkan untuk mengendarai mobil. Namun penerapan International
Driving Licence di masing-masing negara berbeda, seperti di Eropa waktu itu
tahun 2003, saya harus menunggu 6 bulan untuk bisa memakainya berkendara
menyetir sendiri di jalanan di Belanda. Namun untuk warga negara dari
negara-negara maju tidak harus menunggu lama seperti warga negara Indonesia,
kenapa? Entahlah. Simpan legal dokumen di tempat aman dan mudah dijangkau,
sebisa mungkin fotocopy atau scan disimpan dalam file. Salah satu hal yang
ngeri buat saya adalah kehilangan paspor di negeri orang. Mengurus
kehilangannya sangat ribet dan harus sabar, semoga jangan sampai terjadi.
Kedelapan, cari tahu waktu berapa lama mengurus visa dan biayanya,
berpergian ke luar negeri tidaklah mudah seperti berpergian di dalam negeri
meski anda punya banyak uang. Saya pernah melihat seorang bapak yang mencoba
memperlihatkan dan dan meyakinkan seorang petugas di kedutaan besar suatu
negara di benua Amerika di Jakarta yang kenyataannya visanya tetap ditolak.
Sebaiknya uruslah visa 1-3 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Kalau daerah
tujuan wisata kita masih anggota negara ASEAN dan negara yang memiliki
perjanjian mengenai ijin VISA dengan Indonesia (contoh Meksiko, Korea Selatan,
yang lain saya tidak hapal, coba kunjungi situs Deplu RI) maka kita tidak terlalu
repot. Namun apabila anda sebelumnya tidak pernah pergi ke luar negeri, dan
tiba-tiba tujuan pertama anda adalah negara seperti Amerika Serikat, Australia,
Inggris, atau Kanada, maka sebaiknya anda perlu persiapan ekstra. Bisa jadi
anda haruslah orang kaya, atau harus punya orang yang warga negara setempat
atau PR (permanent resident) yang mengundang dan menjamin anda. Negara-negara
tersebut dikenal sangat selektif memberikan visa ke penduduk negara berkembang,
karena telah banyak yang datang untuk tujuan merantau dan akhirnya menjadi
overstayers. Saya pernah mengajukan visa ke Amerika Serikat butuh waktu tiga
bulan, saya bukanlah orang kaya, karena di paspor saya sebelumnya telah
terstempel visa beberapa negara Eropa, akhirnya permohonan visa saya ke Amerika
Serikat disetujui dan yang lebih menggembirakan lagi untuk kurun waktu 5 tahun.
Kesembilan, yakinkan kondisi badan anda sehat untuk melakukan perjalanan
jauh lebih-lebih lagi dalam waktu yang lama. Siapkan mental, dan lindungilah
diri dengan asuransi. Apabila ada rencana di negara tujuan lebih dari tiga
bulan, sebaiknya laporlah dan melakukan silaturahmi ke kedutaan besar atau
konsulat Indonesia di sana. Meski kadang kita hanya diminta fotocopy paspor dan
ditanya dimana kita akan tinggal. Jangan lupa minta nomer pribadi atau nomer
handphone staf kedutaan yang bisa dihubungi, agar apabila ada apa-apa kita bisa
kontak mereka. Bawa obat-obatan yang selama ini cocok dengan kita dengan jumlah
yang cukup. Kebanyakan merk obat-obatan di Indonesia sangat susah ditemui di
Eropa (kecuali Belanda, ada beberapa) dan di Amerika Serikat. Kalau sampai kita
periksa ke dokter di negara-negara maju, jangan kaget ya untuk tarifnya. Kalau
di negara-negara berkembang atau sosialis, bisa jadi malah gratis. Carilah
informasi soal asuransi perjalanan untuk berobat jalan dan tanyalah sampai
detil misal apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, apa saja yang bisa
dilakukan oleh asuransi. Biasanya besar premi ditentukan oleh lokasi atau
negara tujuan dan berapa lama kita berpergian.
Kesepuluh, bawalah gadget dan pakaian secukupnya, cari informasi apakah di
negara tujuan ada layanan bisnis laundry kiloan seperti di negara kita. Kalau
ada ini akan sangat membantu, tas berisi pakaian akan terasa lebih banyak dari
biasanya apabila negara tujuan yang kita datangi sedang musim dingin. Jangan
sepelekan hawa dingin suatu daerah yang bersalju, saya sempat merasa hipotermia
meski saya hanya berada di luar rumah kurang dari 1 menit. Pakailah pakaian
tebal, sepatu, dan tutup telinga meski hanya sangat sebentar keluar rumah pada
saat musim dingin. Bawalah gadget secukupnya, apabila gadget tersebut
membutuhkan pulsa, pastikan pada saat di luar negeri tidak ada masalah. Ada
baiknya kita melapor ke gerai operator untuk memberitahu ada suatu waktu gadget
(yang berupa sarana telekomunikasi) mengalami international roaming. Saya
sempat tidak bisa berkomunikasi dengan handphone saya selama hampir 3 hari,
dikarenakan operator telekomunikasinya belum siap untuk international roaming.
Cari informasi berapa biaya kalau kita beli nomer handphone di negara tujuan,
berada di layanan frekuensi berapa (900Hz, 1800Hz, atau 1900Hz), bagaimana
dengan voltage charger (110V ataukah 220V). Sebaiknya bawalah laptop atau
notebook sebagai media penyimpanan file dan atau untuk menulis di DVD writer.
Sayang kan kalau kita tidak bisa merekam momen penuh kenangan lagi hanya
gara-gara space memory gadget kita sudah habis.
Kesebelas, ini dia yang sangat penting dan tidak kalah penting dengan yang
lain. Pernahkah terbayang anda kecelakaan atau dicopet, atau dirampok, dan
dompet serta tas dengan semua isinya hilang? Padahal di dalamnya ada uang dan
kartu kredit. Saya sangat berhati-hati di saat berpergian ke luar negeri,
sekali lagi ingat soal tip keenam. Apa yang akan anda lakukan? Taruhlah dana
cadangan di rekening maya, seperti di paypal, liberty reserve, atau bitcoin.
Ingat betul nomer rekeningnya atau kalau bisa juga disimpan di email kita. Kita
bisa menarik uang dollar kita di mana saja di dunia dari rekening maya
tersebut. Boleh saja siapkan kartu kredit tambahan, namun usahakan tetap punya
rekening maya ya. Yang dimaksud rekening maya adalah rekening online di
internet dan isinya duit beneran bukan duit maya juga (LoL).
Ternyata banyak juga ya yang harus disiapkan oleh backpacker, namun kalau
sudah terbiasa, terasa mudah kok persiapannya. Apabila tulisan artikel di atas
masih ada yang ragu, bingung, dan kurang jelas, silahkan hubungi saya.
*Penulis adalah konsultan perjalanan wisata dan
juga penulis aktif. Selain artikel bertema perjalanan, penulis juga menulis
berbagai artikel dengan tema arsitektur dan manajemen UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah).
Penulis bisa dihubungi via email monocinde@gmail.com